Memilah-milah, memilih maupun menjalankan keyakinan yang benar-benar baik, adalah salah satu (bukan satu-satunya) hak asasi manusia yang benar-benar (tidak seolah-olah) saja baik. Terima kasih!
Kalau memang ingin panjang umur, tutuplah rapat-rapat telinga maupun mulut ketika kita dipanggil Tuhan! Oke? Terima kasih!
Isi otot, isi perut maupun isi kantong memang penting, tetapi isi otak maupun isi hati juga penting.
Berpura-pura memang tidak baik, tetapi kalau kita sudah memang harus berpura-pura demi “perdamaian dunia”, berpura-puralah secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, bermoral, beretika, dan berkesinambungan. Terima kasih!
Kemakmuran tanpa keadilan sebenarnya sama saja dengan “bom waktu” yang setiap saat siap meledak! Makanya, kalau bisa, marilah kita hidup bersama secara wajar-wajar atau secara optimal-optimal saja! Terima kasih!
Jadi manusia itu sebaiknyalah wajar-wajar saja! Dalam arti, janganlah sampai “terlalu-kurang-ajar” maupun sampai “terlalu-lebih-ajar”.
Uang dalam jumlah yang terlalu besar, sangat berpotensi membuat manusia lupa bahwa hanya Tuhan (kita bersama) Yang Maha Esa lah Yang Mahabesar!
Kalau tidak ingin kecewa di kemudian hari, janganlah menilai pribadi seseorang hanya dari muka(k) maupun dari belakangnya saja, tapi perhatikanlah juga dari kiri, kanan, atas, dan bawah, terutama isi otak dan isi hatinya, oke?
Kalau bisa – marilah kita sisihkan sebagian dari kelebihan rezeki kita untuk membantu orang atau pihak yang benar-benar masih pantas, perlu, dan mau menerima bantuan kita yang wajar, secara wajar, alias tidak secara kurang ajar!
Mungkin sudah waktunyalah kita mengurangi dan/atau menjinakkan kecemburuan sosial yang negatif dan destruktif, justru sambil meningkatkan dan/atau menggalakkan kecemburuan berbuat sosial yang positif, konstruktif, dan kreatif. Oke?