Renungan Joger, Sabtu, 07 Maret 2020.
Menurut hemat saya (Mr/Pak Joger yang belum dan tidak akan pernah benar-benar mau bersikap terlalu hemat maupun terlalu tidak hemat ini) Pancasila seharusnya bukanlah dogma atau doktrin seperti di negara-negara komunis dan negara-negara otokrasi, seharusnyalah Pancasila kita jadikan landasan kebijaksanaan yang bersifat mengajak bukan memaksa! Karena sebaik apapun konsep atau ide kita, janganlah dipaksakan! Merdeka!
Renungan Joger, Jumat, 06 Maret 2020.
Beberapa tahun yang lalu, dalam rangka mempertegas perbedaan kami dari "Pusat Oleh-Oleh Khas Bali" yang bermunculan di mana-mana, bahkan di luar Bali, saya (Mr/Pak Joger) terpaksa dengan senang hati membuat istilah baru untuk menamakan perusahaan kami, yaitu dengan julukan baru "Pusat Tolah-Toleh". Terima kasih! Selamat datang di "Pusat Tolah-Toleh Joger" yang sejak 1981 hanya mau ada/eksis di Bali saja. Oke?
Renungan Joger, Kamis, 05 Maret 2020.
Menurut hemat saya (Mr/Pak Joger yang belum dan tidak akan pernah benar-benar bersedia untuk bersikap terlalu hemat maupun terlalu tidak hemat, dan juga dalam kesadaran dan kapasitas saya sebagai makhluk individu yang juga makhluk sosial ini) modal dasar kesuksesan hidup kita bersama atau conditio sine qua non-nya adalah iktikad atau niat baik yang benar-benar baik, lebih baik, maupun terbaik, bukan yang terlalu baik dan juga bukan yang terlalu tidak baik. Merdeka!
Renungan Joger, Rabu, 04 Maret 2020.
Sejak 1981, kami (segenap anggota keluarga Joger) belum dan tidak akan pernah benar-benar mau menjadikan sesama kami sebagai obyek dan/atau apalagi obyek penderita, karena kami juga hanya mau menjadi subyek yang benar-benar (tidak seolah-olah saja) baik, jujur, adil, beradab, rajin, dan bertanggungjawab secara benar-benar wajar, optimal, dan berkesinambungan alias benar-benar merdeka. Marilah kita bersatu membangun NKRI secara merdeka!
Renungan Joger, Selasa, 03 Maret 2020.
Sejak semula (sejak 1981) Joger belum dan tidak akan pernah bersedia repot-repot menentukan target yang ingin kami capai, tapi kami senantiasa berusaha untuk secara benar-benar serius mengevaluasi diri, introspeksi, dan juga benar-benar melakukan berbagai usaha peningkatan kualitas diri kami secara benar-benar wajar, optimal, proporsional, profesional, bertanggungjawab, dan/atau secara benar-benar merdeka! Setuju? Terima kasih!
Renungan Joger, Senin, 02 Maret 2020.
Sebagai subyek yang benar-benar merdeka, sudah selayaknyalah kita punya dan menjalankan subyektivitas kita yang benar-benar baik secara benar-benar (tidak seolah-olah saja) baik, jujur, adil, beradab, sukacita, dan bertanggung-jawab alias secara benar-benar wajar, optimal, proporsional, profesional, dan/atau benar-benar merdeka! Jauhilah keinginan untuk hidup nyaman dan mewah tanpa benar-benar berkarya maupun bekerja nyata! Oke? Merdeka!
Renungan Joger, Minggu, 01 Maret 2020.
Awas 1001 awas, ternyata masih banyak juga orang-orang yang merasa dan mengaku diri mereka adalah orang Indonesia yang paling pribumi atau paling asli Indonesia, tapi malah tidak atau belum benar-benar sadar dan paham arti kata Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Soempah Pemoeda, hormat, cinta, maupun arti kata merdeka yang sesungguhnya. Aduh! Quo vadis Indonesia?
Renungan Joger, Sabtu, 29 Februari 2020.
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, itu berarti kita (seluruh bangsa atau seluruh rakyat Indonesia) ini harus benar-benar (tidak hanya seolah-olah saja) terbebas dari keinginan untuk menjajah maupun menindas siapa pun juga dan/tapi juga benar-benar terbebas dari kesiapan kita untuk tetap dijajah atau terlalu dikendalikan oleh siapa maupun oleh apa pun juga, termasuk juga terbebas dari kesiapan untuk dijajah oleh uang, harta, maupun tahta. Oke?
Renungan Joger, Jumat, 28 Februari 2020.
Awas 1001 awas! banyak orang kita masih saja mengira dan/atau bahkan yakin bahwa kemerdekaan itu adalah melulu kebebasan belaka, padahal kemerdekaan itu adalah kebebasan untuk melakukan maupun tidak melakukan apapun juga, tapi tentu saja harus didasari iktikad atau niat baik yang benar-benar baik, lebih baik, maupun terbaik, bukan "niat baik" yang terlalu baik dan/atau apalagi "niat baik" yang terlalu tidak baik. Oke? Terima kasih
Renungan Joger, Kamis, 27 Februari 2020.
NKRI kita ini sebenarnya lebih membutuhkan pengusaha atau penguasa? Menurut saya (Mr/Pak Joger yang belum dan tidak pernah benar-benar mau bersikap terlalu hemat maupun terlalu tidak hemat ini) NKRI kita ini butuh kedua-duanya, tapi tentu saja harus yang benar-benar baik, jujur, adil, beradab, bertanggungjawab, dan berkesinambungan alias yang benar-benar (tidak seolah-olah saja) merdeka dan berkesinambungan. Setuju?