Alangkah indahnya hidup ini kalau saja kita semua bisa saling mencintai, saling menghargai, dan saling menghormati secara benar-benar (tidak seolah-olah saja) wajar atau optimalatau baik, jujur, adil, dan beradab.
Alangkah indahnya hidup ini, kalau semua pikiran dan perkataan yang positif benar-benar dijalankan secara positif juga!
Semua agama mengajarkan umatnya untuk hemat dan efisien, bukan pelit dan boros! Oke? Terima kasih!
Sepanas-panasnya darah dan syaraf, kalau direnungkan dengan otak dan hati yang dingin, cepat atau lambat pasti akan kembali dingin.
Kalau bisa, janganlah terlalu ketat atau terlalu tegas pada diri kita sendiri maupun pada orang lain, karena pada dasarnya, kan tidak ada manusia yang bisa dan boleh 100% benar-benar sempurna di semua bidang kehidupan.
Selemah-lemahnya manusia, pasti punya kekuatan. Sekuat-kuatnya manusia, pasti punya kelemahan. Sebaik-baiknya manusia, pasti punya kejelekan. Sejelek-jeleknya manusia, pasti punya kebaikan. Wajar-wajar saja!
Kalau memang ada hal (terutama ilmu) yang memang sudah pantas dan sudah perlu kita ketahui, tapi sampai saat ini masih saja belum kita ketahui, kerahkan dan arahkanlah kemampuan dan kesempatan kita untuk cari tahu atau mempelajarinya secara optimal!
Sebaik-baiknya manusia, adalah ketika manusia sudah dan akan tetap mau, mampu, sempat, ikhlas, dan mantap berpikir, berperasaan, berbicara, maupun melakukan berbagai macam kebaikan maupun kebajikan yang benar-benar baik dan bermanfaat bukan hanya bagi kebahagiaan dirinya atau keluarganya sendiri saja, tetapi juga bagi banyak sesama maupun bagi kehidupan kita bersama. Setuju?
Kebahagiaan itu sebenarnya, adalah ketika kita berhasil meraih cita-cita maupun impian kita secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, wajar, dan optimal tanpa mengganggu maupun menghalangi orang lain meraih cita-cita maupun impian mereka.
Dimana bumi dipijak, di sanalah langit seharusnya dijunjung, dan/tetapi di mana pun kita diterima, dihargai, dan dihormati sebagai “langit”, di sanalah seharusnya kita bersikap lebih baik dan lebih bijaksana, justru agar jangan sampai ada orang maupun pihak yang kita injak-injak kepala, tangan, kaki maupun “kantong”-nya!