Renungan Joger, Senin, 05 Oktober 2020
Justru di saat-saat susah seperti sekarang inilah seharusnya kita tingkatkan kesadaran sosial kita untuk membantu sesama kita yang benar-benar pantas, perlu, dan mau menerima bantuan kita yang wajar secara wajar. Jangan malah tetap saja menyibukkan diri kita untuk memperkaya diri, keluarga, partai, maupun institusi agama kita sendiri saja. Bagi yang benar-benar kaya, perhatikanlah kesejahteraan karyawan. Jangan pamer barang mewah saja!
Renungan Joger, Minggu, 04 Oktober 2020.
Renungan Joger, Sabtu, 03 Oktober 2020.
Kalau saja seluruh rakyat atau warga negara atau pencinta NKRI ini benar-benar beriktikad (berniat baik yang benar-benar baik tanpa korupsi, tanpa arogansi, dan tanpa kemunafikan) dalam menghormati, menghargai, dan mencintai NKRI kita tercinta ini, tentu saja NKRI kita yang indah, luas, subur, kaya, punya Bhinneka Tunggal Ika, punya Soempah Pemoeda, punya Pancasila, punya lebih dari 17 ribu pulau, dan bahkan juga punya lebih dari 265 juta rakyat yang pintar-pintar dan hebat-hebat, tentu saja tidak akan sampai ada orang terpaksa hidup miskin dan susah di NKRI kita tercinta ini. Kalau saja! Oke?
Renungan Joger, Jumat, 02 Oktober 2020.
Alangkah indahnya hidup di NKRI yang indah, luas, subur, kaya, punya Bhinneka Tunggal Ika, punya Soempah Pemoeda, punya Pancasila, punya lebih dari 17 ribu pulau, dan juga punya lebih dari 265 juta rakyat atau warga negara atau pencinta yang pintar-pintar dan hebat-hebat ini, kalau saja orang-orang kita yang pintar-pintar dan hebat-hebat ini benar-benar beriktikad dalam mencintai NKRI kita ini tanpa korupsi, tanpa arogansi, dan juga tanpa kemunafikan. Bangkit dan jaya lah Indonesia! Oke?
Renungan Joger, Kamis, 01 Oktober 2020.
Jika memang sekadar ingin hidup sederhana tanpa menyekolahkan anak-anak kita sampai sarjana, kita memang tidak perlu bekerja keras dan/atau apalagi cerdas, tapi kalau memang ingin hidup lebih layak dan/atau apalagi kalau memang ingin anak-anak kita mendapat pendidikan yang baik sampai tingkat sarjana, sebaiknyalah kita benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas, dan mantap bekerja keras dan cerdas secara agak lebih banyak.
Renungan Joger, Rabu, 30 September 2020.
Sebagai bangsa yang benar-benar merdeka (tidak mau menjajah maupun dijajah) sudah selayaknya kita juga benar-benar menghargai kemerdekaan siapa pun juga secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan/atau tanpa sampai melakukan kekerasan fisik, kekerasan mental, kekerasan moral, kekerasan hukum, maupun kekerasan finansial. Marilah kita saling menghargai sebagai sesama manusia!
Renungan Joger, Selasa, 29 September 2020.
Kemerdekaan beragama akan tetap mengalami kegamangan, kalau kata atau istilah "kemerdekaan" masih saja kita terjemahkan sebagai "kebebasan sebebas-bebasnya". Marilah kita tuntut hak asasi beragama kita justru dengan tetap benar-benar mau, mampu, ikhlas, dan mantap menghargai hak asasi beragama orang atau pihak lain. Kalau kita tidak suka dianggap kafir, janganlah meng(k)afirkan sesama! Bersatu kita teguh! Merdeka!
Renungan Joger, Senin, 28 September 2020.
Apa gunanya bertitel sarjana S1, S2, maupun S3, kalau belum S4 alias belum S-empat melakukan kebaikan maupun kebajikan dengan modal 5 I + KARDOW alias modal Iktikad, Ilmu/ilmu-ilmu teoritis dan terutama praktis, Interes/minat/ketertarikan/passion, Izin dari penguasa (terutama dari diri kita sendiri yang sudah dan akan tetap menguasai keserakahan kita sendiri), Izin dari Yang Mahakuasa + Keberanian, Alat/alat-alat bantu, Ruang, Dana halal dan legal, Orang/orang-orang sebagai sesama subyek merdeka, dan Waktu kita. Oke?
Kalau saja kita benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas dan mantap merenungkan secara lebih tenang dan lebih jernih, tentu saja dengan mudah kita akan bisa menyadari maupun memahami betapa anehnya hidup di NKRI yang semua warganya konon beragama, tetapi, koq korupsi, kolusi, nepotisme, maupun berbagai bentuk ketidakadilan tetap saja marak terjadi secara terbuka dan menyedihkan? Aneh, tapi nyata!
Renungan Joger, Kamis, 24 September 2020.
Apa gunanya "beragama", kalau ternyata tidak benar-benar membuat kita menjadi manusia yang benar-benar makin baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, dan tahu diri? Tetapi apa gunanya "tidak beragama", kalau ternyata kita malah menjadi "binatang berbentuk manusia" yang makin buas, makin ganas, dan makin bengis saja? Jangan takut, tetapi tetaplah waspada! Oke?