Renungan Joger, Kamis, 31 Oktober 2019.
Kalau memang ingin mendirikan negara agama (berdasarkan satu agama tertentu saja), silakan, tapi tentu saja tidak di bumi nusantara di mana Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sejak dahulu kala sudah dan akan tetap punya rakyat atau warga atau stakeholder yang heterogen (majemuk/jamak/plural) secara asal-usul, suku, agama, keyakinan, maupun selera. Marilah kita hidup bersama secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan bertanggungjawab. Terima kasih!
Renungan Joger, Rabu, 30 Oktober 2019.
Asal-usul, suku, bentuk, agama, keyakinan, maupun selera kita boleh saja berbeda-beda, tapi kalau memang tetap ingin bersatu dalam sebuah wadah yang sama-sama kita sepakati, yakini, dan sebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaiknyalah kita tetap percaya bahwa Tuhan kita bersama Yang Mahaesa, Mahabaik, dan Mahabijaksana pasti mau, mampu, dan berkenan memahami bahasa Indonesia. Oke??
Renungan Joger, Selasa, 29 Oktober 2019.
Paling repot punya teman maupun temin yang hanya merasa senang, kalau sudah bikin susah orang lain. Paling susah punya pemimpin yang baru mau memimpin, kalau sudah diberi uang ekstra. Paling repot punya guru yang baru mau mengajar hanya kalau muridnya pintar. Paling sedih punya pacar yang baru mau senyum, hanya jika sudah diberi hadiah mahal saja.
Renungan Joger, Senin, 28 Oktober 2019.
Menurut hemat saya (Mr. Joger), NKRI kita yang sangat indah, luas, subur, kaya, dan berdasarkan Pancasila ini hanya butuh lebih banyak pencinta yang benar-benar baik, jujur, rajin, bertanggung-jawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, dan tahu diri, tidak butuh tukang pidato yang korup, malas, dan selalu mau menang sendiri saja. Oke? Terima kasih!
Renungan Joger, Sabtu, 26 Oktober 2019.
Para pembantu presiden (menteri) terbaik sudah dipilih oleh presiden kita (Bapak Jokowi) yang sudah kita pilih secara demokratis maupun meritokratis. Untuk selanjutnya marilah kita minimal tidak ganggu mereka untuk berkarya, bekerja nyata, bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja sama, maupun bekerja bakti membangun NKRI sambil menjaga kebersihan lingkungan hidup kita bersama dengan otak, hati, tangan, alat-alat, maupun kantong yang benar-benar bersih. Selamat berkarya dan bekerja!
Renungan Joger, Jumat, 25 Oktober 2019.
Paling repot punya teman maupun temin yang tidak merasa bersalah bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Paling jengkel punya teman maupun temin yang merasa dirinya hebat hanya setelah meremehkan orang lain. Paling mengerikan punya wakil rakyat yang malah hanya rajin dan pandai mengurus kepentingan diri/partainya sendiri saja. Aduh!
Renungan Joger, Kamis, 24 Oktober 2019.
Seharusnya pihak-pihak yang sudah benar-benar kaya (punya uang dan harta lebih dari cukup) sajalah yang berhak (tidak wajib) membantu secara wajar pihak-pihak yang masih benar-benar pantas, perlu, dan mau menerima bantuan yang wajar secara wajar (tidak sampai kurang ajar, tidak sampai memaksa, dan juga tidak sampai mengancam dan melakukan tindakan yang tidak baik dan destruktif). Menurut hemat saya (Mr. Joger), hanya perampok atau penjahat saja lah yang biasanya merasa berhak mengancam untuk memperoleh sumbangan.
Renungan Joger, Rabu, 23 Oktober 2019.
Salah satu (bukan satu-satunya) teladan yang sangat pantas dan perlu kita tiru dari perjuangan Mahatma Gandhi, adalah cara beliau memperjuangkan kemerdekaan, dengan cara Ahimsa (baik, jujur, sederhana, dan tanpa kekerasan) yang dilengkapi dengan cara Swadesi yang secara sederhana berusaha mandiri (memenuhi kebutuhan sendiri yang wajar secara wajar). Jangan tiru mentah semua ajaran Mahatma Gandhi, tapi juga jangan tolak mentah-mentah semuanya. Jangan takut, tapi tetaplah cerdas dan waspada!
Renungan Joger, Selasa, 22 Oktober 2019.
Menurut hemat saya (Mr/Pak Joger yang belum dan tidak akan pernah benar-benar mau bersikap terlalu hemat maupun terlalu tidak hemat ini) hanya orang-orang/pihak-pihak yang memang sudah benar-benar kaya (sudah merasa benar-benar punya kelebihan rezeki) sajalah yang layak atau pantas atau berhak (tidak wajib) menyisihkan sebagian (tidak semua) dari kelebihan rezekinya untuk diberikan atau disumbangkan secara wajar kepada orang-orang/pihak-pihak yang diyakini sebagai memang masih benar-benar pantas, perlu, dan mau menerima bantuan yang wajar secara benar-benar wajar (tidak kurang ajar/tidak menuntut dan juga tidak sampai mengancam).